Kegigihan – Buah Dari Kesungguhan Menjalani Pilihan
Kapankah seseorang yang sedang berusaha dikatakan berhasil? Apakah pada saat apa yang diupayakannya berhasil dimiliki? Ataukah pada titik dimana ia berani untuk mengambil resikonya? Atau pada saat ia bersabar dalam upayanya?
Seorang tokoh yang pengusaha sekali waktu pernah menjelaskan, ketiga-tiganya adalah benar. Namun ada satu lagi jawaban yang menjadi intisari dari ketiga jawaban diatas. Itu adalah ketika ia berhasil bangkit dari kegagalan-kegagalan disepanjang perjalanannya. Seorang yang berhasil (sukses) bukanlah seorang yang memiliki kekayaan. Yang berhasil adalah yang berhasil bangkit dari kegagalan. Tidak penting seberapa banyak ia memiliki, tapi berapa kali ia mampu bangkit dari kegagalan. Sejatinya, sang Tokoh menjelaskan, tidak ada keberhasilan sejati, karena setelah sebuah capaian akan ada lagi keinginan yang lebih besar untuk dicapai. Menjadi berhasil adalah sebuah never ending story.
Selain itu, kegagalan adalah langkah pertama untuk ‘naik kelas’. Maka 1 keberhasilan akan memberinya sesuatu yang lebih besar dari apa yang hilang oleh 5 kegagalan sebelumnya. Kegagalan-kegagalan tersebut memperbaiki cara pandangnya, mempertajam kejelian dan meningkatkan kematangan berfikir. Kesemuanya adalah intangible asset yang tidak akan bisa dirampas oleh siapapun. Dan karena ada dalam dirinya, ia bisa gunakan untuk terus tumbuh kapanpun ia mau, dimanapun kesempatan itu ada.
Yang diperlukan adalah kesungguhan menjalani pilihannya. Kesungguhan tersebut menumbuhkan kegigihan dan kegigihan mengantarkannya pada jenjang yang lebih tinggi. Maka apapun pilihannya, bekerja atau melakoni bisnis atau keduanya, nilai atau penghargaan orang tidak diberikan pada keberhasilannya. Penghormatan muncul karena kegigihan dalam menjalani pilihan.
Siapapun kita, sudah ada tempat untuk kita dipanggung dunia, sebuah tempat yang tetap kosong hingga kita yang mengisinya. Tempat itu tidak bisa direbut oleh siapapun. Sebuah tempat yang mulia yang dibuat khusus hanya untuk kita. Tempat itu hanya bisa dicapai dengan kegigihan. Bila kita menyerah, kita akan hidup dalam kegelapan jiwa, sementara mahkota dan singgasana telah menanti kita.
Maka, fokus kita bukan berapa banyak kita telah gagal. Fokus kita adalah seberapa cepat kita bangkit kembali. Fokus kita adalah seberapa gigih kita menjalani pilihan hidup kita sendiri.